Thursday, July 9, 2015

Fiqih tujuannya syariat tasawuf tujuannya hakikat



Perlu kita ketahui bahwa ada banyak ilmu yang harus kita kembangkan dan kita pahami,yaitu ilmu dasar tentang pengetahuan ilmu agama,  karena dasar-dasar ilmu itu sangat penting untuk menunjang ilmu pada tingkat  selanjutnya, 

jika tidak maka yang terjadi adalah kesasatan yang mendalam karena dangkalnya dasar ilmu pengetahuan agama, sehingga mudah untuk menyesatkan orang lain dan menganggap sesat atau bid’ah terhadap orang lain 

Contoh yang sangat sederhana yaitu Orang muhaddisin (orang yang ahli hadist )tidak ketemu dengan sufiyin (orang yang ahli lilmu tasawuf) Karena yg dibahas orang muhaddisin adalah modelnya hadis macam-macamhadist dho’if, maudlu, mursal, shahih dan lain sebagainya

Sedangkan orang tasawuf  atau orang  sufi yang dibahas adalah tentang tawadlu husnudzon,  husnul adab , tawasul dan lain sebagainya, karena cenderung orang atau ulaa tasawuf gurunya atau yang mengajari adalah para wali-wali  alloh atau Nabi khirdir yang diberikan kepada mereka 

sehingga semua ilmu  itu kalau dicari sanadnya sampai rosululloh saw tentu  tidak ada, makanya kadang-kadang  orang hadis menyatakan  itu bid’ah, ini bid’ah, ini sesat dan lain sebagainya karena pandangan para muhaddisin adalah murni dari hadist rosululloh saw, kalau tidak ada dari hadist tentu mereka menganggap bahwa itu adalah mengada-ada, bid’ah, sesat dan lain sebagainya   
  
Dulu muhaddisin mufassirin dan fuqoha jadi satu dan tidak akan ketemu dengan sufiyin, karena para sufiyin sumbernya bukan sekedar dari hadist rosululloh saw, tetapi berasal dari para wali-wali alloh, ajaran nabi khidir yang menyebabkan sanadnya tidak akan ketemu bila dicari dan ditelusuri  melalui muhaddisin  sampai pada rosululloh.  

Imam syafi’I berkata orang harus pandai ilmu fiqih dan pandai ilmu tasawuf , pandai fiqih saja hatinya menjadi keras tidak akan bisa menjadi orang yang taqwalloh, 

karena yang dibahas orang fiqih adalah  ini haram,  ini halal, ini sah,  ini tidak sah, dan mereka tidak membahas ini diterima, tidak diterima .Orang pandai  tasauf  saja akan menjadi orang yang bodoh tidak mengerti ilmu agama , 

orang yang bodoh tidak bisa jadi orang bagus,  ilmu fiqih mengarah kepada syariat, ilmu tasawuf mengarah kepada hakikat  keduanya tidak bis a terpisahkan, syariat tanpa hakikat bolong kosong , syariat tanpa hakikat batal ibarat dua gambar mata uang yang tidak terpisahkan. Wallohu’alam. 

    

Wednesday, July 8, 2015

Perbuatan orang jujur atau as-shidqu


saikh abu hasan assyadzili ketika mencari guru wali kutub namanya syaik abdussalam bin masis,   kemudian mendapat  petunjuk beliaulah gurunya, waktu itu beliau syaik sadzili masih muda, 

melewati perjalanan pada musim paceklik sehingga banyak orang mati dipinggir jalan karena dinegeri itu mengalami paceklik,krisis makanan, ekonomi pinggir jalan banyak orang mati banyak orang sakit melihat seperti itu mempunyai ucapan ya alloh seandainya saya mempunyai uang semua akan saya belikan roti untuk saya bagi kepada orang yang kelaparan, 

ini namanya ucapan,  jadi orang yang siddiq sama ucapan hati dan perbuatannya, 

inilah perbuatan orang jujur atau as-shidqu akhirnya ada suara gak ada rupa dipanggil hai ali ranselmu kamu buka ternyata penuh dengan uang logam dinar langsung semua dibelikan makanan tidak disimpan sedikitpun dan habis untuk dibelikan makanan untuk dibagikan bagi orang yang kelaparan di negeri itu, setelah itu ali bin abdulloh syaik abu hasan assadzili jumatan, 

setelah jumatan ditemui nabi haidir, engkau diangkat menjadi wali alloh dan rata-rata yang diangkat menjadi wali bukan karena banyak solatnya, banyak wiridannya , baca qur’annya semua yang diangkat oleh alloh karena dermanya lumannya, orang kaya banyak tahajjud, sholat dhuha, puasa, 

 tapi pelit bukan itu seharusnya ibadah bagi orang kaya tapi tasarrufkan hartamu pada orang lain itulah sejatinya ibadahnya orang kaya. Rosululloh dawuh  assakhihhu aljahulu ahabbu ilalloh minal abidil bahil orang bodoh tapi dermawan lebih disukai alloh dari pada orang ahli ibadah tapi pelit, jadi rata-rata yang diangkat jadi wali karena Dermawannya

syaik abdul qodir jailani berkata : ,,,maa wasoltu ilaa robbii  bikiyaami lailin wasiyaami nahaarin bal wasoltu ilaa robbia bilkaromi wattawaadhu’i wasalaamatis shodrii,,, 

 “ aku bisa sambung dengan alloh bukan karena sholat malamku bukan karena puasaku, tetapi aku sambung dengan tuhanku  karena karom( dermawan ), tawadhu dan selamtnya hati”

Al-karom (dermawan) setiap memberi pasti memuaskan tidak peduli jumlah yang diberikan dan tidak peduli siapa yang diberi                          


Pengertian As-sidqu menurut sebagian Ulama


Sayid ali bin muhammad al jurjani berkata assidqu menurut bahasa adalah selarasnya hukum dengan kenyataan keseimbangan lahir dan batin ucapan dan kenyataan sama dalam arti istilah ahli hakekat perkataan yang benar ditempat-tempat atau dalam  situasi yang membahayakan, 

kalau ngomong jujur ini bahaya walaupun bahaya tetap diucapkan secara jujur karena takut kepada alloh tidak ingin dipuji manusia, seperti cerita syaik abdul qodir  al jailani  ketika membawa  uang  40 dinar ditanya oleh begal kamu bawa apa ? 

saya bawa uang  40 dinar, itu dalam keadaan bahaya kalau jujur diminta semua ini namanya perkataan yang benar dalam situsasi yang berbahaya dan membahayakan ini namanya “assidqu”, syaik sihabudin al burlusi ketika menulis kitab ada seseorang yang minta perlindungan, sembunyikan aku? Sembunyikan aku ? 

syaik berkata : disini sembunyilah dibawah kakiku, ada pejabat yang  bertanya , hai syaikh  engkau lmelihat  orang cirinya begini-begini, syaik berkata :  

 oh ya disini dibawah kakiku ini,  namanya ngomong yang benar dalam keadaan bahaya ini harus ditangkap, tapi karena kejujurannya malah diampuni orang  itu. Namanya  ini adalah  assidqu menurut  al-jurjani sedangkan arti assidiq adalah orang yang tidak mengakui sesuatu dari apa yang ia katakan dengan lisannya melainkan dibuktikan dengan hati dan perbuatan, 

  jadi assiddiq orang kalau mengucapkan sesuatu tidak cukup diucapkan, akan tetapi cocok dengan hatinya dan cocok dengan perbuatannya,  hatinya cocok ucapannya  juga cocok, dan  perbuatannya juga cocok.